-suluk sembah puji-
Dengan sembah
ini, serta pujinya apabila di puji, dan itu ucapannya siapa, kalau
dipersembahkan kepada Hyang Widdi (Tuhan), yang tiada berupa dan berwarna,
jikalau tidak dipersembahkan tiada gunanya.
Setinggi langit
pujinya, agar jangan menyembah dan memuji, jikalau tidak dipersembahkan kepada
Allah, jangan lancang dan tidak tahu diri, hamba itu tidak
mempunyai apa-apa, karena dikuasai oleh Gusti.
Dan engkau
dikuasai, dan ketahuilah jalan memuji, yang menyembah dan disembah,
ya siapa yang mempunyai, puji adalah pujinya Allah, hamba tidak mempunyai puji.
Tidak kuasa
umpamanya, serta perbutanmu, terhadap seluruh badannya, hannya Allah yang
memiliki, manakah yang dinamakan memuji dan menyembah, artinya sembah dan
memuji.
Kanugrahan
(anugrah) sesungguhnya, yang diberikan kepada hamba, manakah yang dinamakan
kanugrahan, yaitu sejatinya hidup, dan hidup-hidupnya siapa, kalau hidupnya
Hyang Widdi (Tuhan).
Hidup tandanya
nyawamu, dan hidup itu hidupnya sendiri, hidupnya tidak terkena mati, berbeda
dengan hidupnya hamba, hidupnya dengan nyawa, yang jatuh kepada hambanNya.
Kanugrahannya (anugrahnya) Hyang Agung (Tuhan), seperti kanugrahan hidup, yaitu hidupnya manusia, merupakan kenyataannya Hyang Widdi (Tuhan), dalilnya Allah yang menguasai, itu yang sama-sama harus diketahui.
Kanugrahannya (anugrahnya) Hyang Agung (Tuhan), seperti kanugrahan hidup, yaitu hidupnya manusia, merupakan kenyataannya Hyang Widdi (Tuhan), dalilnya Allah yang menguasai, itu yang sama-sama harus diketahui.
Dimanakah hidup
yang sesungguhnya, kehidupan tiga perkara, terimalah dengan baik, susah yang
namanya hidup, artinya yang ketiga perkara, makrifat iman tauhid.
Sesungguhnya telah
bersatu, meleburnya antara papan dan tulisan, tidak ada lagi Gusti dan hamba,
seperti apakah jika telah bersatu, jika berbeda dimana perbedaannya, sungguh
tiada berpisah.
Dan selamat dalam pengetahuan, artinya yang iman tauhid, artinya sudah nyata bersatu, bersatu hamba dan Gusti, dan yang namanya hamba, yaitu sesungguh-sungguhnya kehampaan.
Dan selamat dalam pengetahuan, artinya yang iman tauhid, artinya sudah nyata bersatu, bersatu hamba dan Gusti, dan yang namanya hamba, yaitu sesungguh-sungguhnya kehampaan.
Tanpa salah tingkah
itu, artinya makrifat yang benar, yang waspada kepada Pangeran, artinya waspada
yang manakah, yang waspada itu siapa, hamba adalah utusan yang tuli.
Bisa lumpuh dan
hampa, berkuasa namun tidak berhak, diberikan dalam puji dan sembah, dan tidak
melihat lagi, diberikan kepedaNya.
Serta manembah itu,
memuji dan dipuji pribadi, syariatnya menjadi perantara, kenyataannya Dzat
Allah, dan bukan ucapannya pribadi.
Yakin yang namanya
hamba, artinya tujuannya, tanpa wujud tanpa salah, seperti sampah di lautan,
memuji dan menyembah, dan engkau lebih baik pasrah.
Menerima kepada
yang mengetahui, sedangkan semua pengetahuan, mengetahui Pangeran yang mulia,
seperti pengetahuan namun tidak mengetahui, jika yang menerima diterima,
ternyata itu kamu sendiri.
ALANG ALANG KUMITIR
No comments:
Post a Comment