Saturday, February 28, 2009

ayatul kursi

Cara membaca wakaf 9, hendaklah berhenti pada setiap ayat (barisan) dan menyambung bacaannya dengan nafas yang lain.




Ertinya :
Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Tetap hidup, Yang Kekal selama-lamanya mentadbirkan (sekalian makhlukNya). Yang tidak mengantuk usahkan tidur. Yang memiliki segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat (pertolongan) di sisiNya melainkan dengan izinNya. Yang Mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya). Luasnya Kursi Allah (ilmuNya dan kekuasaanNya) meliputi langit dan bumi dan tiadalah menjadi keberatan kepada Allah menjaga serta memelihara keduanya. Dan Dialah Yang Maha Tinggi (darjat kemuliaanNya), lagi Maha Besar (kekuasaanNya).
Ada juga orang menjadikan benteng perlindungan diri dengan kaedah seperti di bawah:Bagi menjaga keselamatan diri kita, anak isteri, rumah dan harta benda, perniagaan serta urusan dan projek projek yang kita jalankan.Setiap hari berlaku rompakan, penipuan, perkosaan, pukau, kemalangan, pembunuhan, penzaliman, penindasan serta berbagai musibah keatas umat Islam serata dunia. Tiada daya dan kekuatan yang dapat memberikan perlindungan kecuali dari Allah SWT. Amalkan kaedah ini setiap hari.i. Baca Istiqfar - 3 kali.ii. Baca Selawat - 3 kali.iii. Baca Fatihah - 1 kali.iv. PASANG NIAT untuk memagar (sebagai contoh):- Sahaja aku membaca Ayat-Kursi untuk memagar diri, keluarga, rumah dan urusan kerana AlLah -1. Baca Ayat Al-Kursi 1 kali.2. BACA DOA INI: Ya AlLah Ya Tuhanku, jadikanlah DI HADAPAN - diri, keluarga, rumah dan segala urusan - hambaMu yang banyak dosa serta daif ini - Kota Besi, Kota Tembaga yang tidak dapat dikhianati oleh iblis, jin, manusia dan haiwan.3. Baca Ayat Al-Kursi untuk kali ke-2.4. BACA DOA INI: Ya AlLah Ya Tuhanku, jadikanlah DI BELAKANG - diri, keluarga, rumah dan segala urusan - hambaMu yang banyak dosa serta daif ini - Kota Besi, Kota Tembaga yang tidak dapat dikhianati oleh iblis, jin, manusia dan haiwan.5. Baca Ayat Al-Kursi untuk kali ke-3.6. BACA DOA INI: Ya AlLah Ya Tuhanku, jadikanlah DI KANAN - diri, keluarga, rumah dan segala urusan - hambaMu yang banyak dosa serta daif ini - Kota Besi, Kota Tembaga yang tidak dapat dikhianati oleh iblis, jin, manusia dan haiwan.7. Baca Ayat Al-Kursi untuk kali ke-4.8. BACA DOA INI: Ya AlLah Ya Tuhanku, jadikanlah DI KIRI - diri, keluarga, rumah dan segala urusan - hambaMu yang banyak dosa serta daif ini - Kota Besi, Kota Tembaga yang tidak dapat dikhianati oleh iblis, jin, manusia dan haiwan.9. Baca Ayat Al-Kursi untuk kali ke-5.10. BACA DOA INI: Ya AlLah Ya Tuhanku, jadikanlah DI ATAS - diri, keluarga, rumah dan segala urusan - hambaMu yang banyak dosa serta daif ini - Kota Besi, Kota Tembaga yang tidak dapat dikhianati oleh iblis, jin, manusia dan haiwan.11. Baca Ayat Al-Kursi untuk kali ke-6.12. BACA DOA INI: Ya AlLah Ya Tuhanku, jadikanlah DI BAWAH - diri, keluarga, rumah dan segala urusan - hambaMu yang banyak dosa serta daif ini - Kota Besi, Kota Tembaga yang tidak dapat dikhianati oleh iblis, jin, manusia dan haiwan.13. Baca Ayat Al-Kursi untuk kali ke-7.14. BACA DOA INI: Ya AlLah Ya Tuhanku, jadikanlah segenap sendi dan liang bulu roma hambaMu yang banyak dosa ini, Kota Besi, Kota Tembaga yang tidak dapat ditembusi nafsu amarah yang didalangi oleh syaitan dan iblis.15. Baca Selawat keatas RasulAlLah SAW.
courtesy Mountdweller. terima kasih tuan.

syair perahu

Inilah gerangan suatu madah,mengarangkan syair terlalu indah,membetuli jalan tempat berpindah,di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,ialah perahu tamsil tubuhmu,tiadalah berapa lama hidupmu,ke akhirat jua kekal diammu.
Hai muda arif-budiman,hasilkan kemudi dengan pedoman,alat perahumu jua kerjakan,itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,hasilkan bekal air dan kayu,dayung pengayuh taruh di situ,supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,angkatlah pula sauh dan layar,pada beras bekal jantanlah taksir,niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,muaranya sempit tempatmu lalu,banyaklah di sana ikan dan hiu,menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,di sanalah perahu karam dan rusak,karangnya tajam seperti tombakke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagangriaknya rencam ombaknya karangikanpun banyak datang menyaranghendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,di manakan lalu sampan dan rakitjikalau ada pedoman dikapit,sempurnalah jalan terlalu ba’id.
Baiklah perahu engkau perteguh,hasilkan pendapat dengan tali sauh,anginnya keras ombaknya cabuh,pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,derasmu banyak bertemu musuh,selebu rencam ombaknya cabuh,La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,teduhlah selebu yang rencam itupedoman betuli perahumu laju,selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,di laut keras dan topan ribut,hiu dan paus di belakang menurut,pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,di sanalah perahu rusak dan karam,sungguhpun banyak di sana menyelam,larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,riaknya rencam ombaknya besar,anginnya songsongan membelok sengkarperbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,ke sanalah kita semuanya berpindah,hasilkan bekal kayu dan juadahselamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,banyaklah akan ke sana berpindah,topan dan ribut terlalu ‘azamah,perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,ombaknya muhit pada sekalian alambanyaklah di sana rusak dan karam,perbaiki na’am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,lautnya deras bertambah dalam,anginpun keras, ombaknya rencam,ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,angin yang keras menjadi teduhtambahan selalu tetap yang cabuhselamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,datanglah angin dengan paksanya,belajar perahu sidang budimannya,berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,ilmu Allah akan [dayungnya]iman Allah nama kemudinya,“yakin akan Allah” nama pawangnya.
“Taharat dan istinja’” nama lantainya,“kufur dan masiat” air ruangnya,tawakkul akan Allah jurubatunyatauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,istigfar Allah akan layarnya,“Allahu Akbar” nama anginnya,subhan Allah akan lajunya.
“Wallahu a’lam” nama rantaunya,“iradat Allah” nama bandarnya,“kudrat Allah” nama labuhannya,“surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,mengarangkan syair tempat berpindah,di dalam dunia janganlah tam’ah,di dalam kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu di dalam kubur,badan seorang hanya tersungkurdengan siapa lawan bertutur?di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,ke akhirat jua tempatmu pulang,janganlah disusahi emas dan uang,itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,di dalam kubur terbaring seorang,Munkar wa Nakir ke sana datang,menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,badanmu remuk siksa dan azab,akalmu itu hilang dan lenyap,(baris ini tidak terbaca)
Munkar wa Nakir bukan kepalang,suaranya merdu bertambah garang,tongkatnya besar terlalu panjang,cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!di balik papan tidur telentang,kelam dan dingin bukan kepalang,dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,iman tersurat pada hati insap,siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,tauhid ma’rifat semata-mata,memandang yang gaib semuanya rata,lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,sekalian makhluk ke sana berpindah,da’im dan ka’im jangan berubah,khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,siang dan malam jangan kau sunyikan,selama hidup juga engkau pakaikan,Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,memadamkan cahaya sekalian rusuh,jin dan syaitan sekalian musuh,hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,tauhid ma’rifat semata-mata.hapuskan hendak sekalian perkara,hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,medan yang kadim tempat berdamai,wujud Allah terlalu bitai,siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,menyatakan tauhid jangan berubah,sempurnalah jalan iman yang mudah,pertemuan Tuhan terlalu susah.
~ Hamzah Fansuri

Sunday, February 22, 2009

kitab hikam tok pulau manis- 2

Kitab Hikam Tok Pulau Manis ini dirumikan oleh al-Faqir Abu Zahrah Abdullah Thahir daripada kitab jawi cetakan Sulaiman Mar’ie dengan penambahan nota kaki. Adalah dinasihatkan pada para pembaca agar belajar atau bertanya kepada guru yang rasikh ilmunya lagi mursyid, supaya tiada tersalah faham atau tersalah tafsir akan kalam-kalam hikam tersebut. Sekian – Penterjemah dari jawi ke rumi, Abu Zahrah

(Dan) adalah hal manusia itu atas tiga bahagi (Pertama) yang berjabat atas ‘amal dan alamatnya itu kurang harapannya kepada Allah Ta’ala tatkala tiada hasil yang dimaksudkannya (dan kedua) yang berjabat atas anugerah Allah Ta’ala dan alamat itu rujuk[1] ia kepada Allah dalam kesukaan dan dalam kesakitan dan tatkala suka dengan mengata ‘ الحمد لله ‘ dan syukur dan tatkala duka dengan berlindung dan minta tolong (dan ketiga) yang berjabat atas bahgian yang telah dahulu dan alamatnya itu tiadalah gundah[2] kerana ketiadaan sebab[3], maka tiadalah bertambah harapnya kerana suatu dan tiada berkurang harapnya kerana suatu, jikalau ditimbang harapnya dan takutnya nescaya bersamaan dalam tiap-tiap hal daripada segala ahwalnya tetapi adalah ia sentiasa suka.

(Dan kata) setengah mereka itu[4] adalah alamat yang ketiga itu iaitu orang yang menyerahkan dirinya dan diam dibawah perintah segala hukum iaitu orang yang menilik kepada tuhannya dan fana’ daripada dirinya.

(Dan kata) setengah orang yang muhaqqiq[5] (رضى الله عنه ) barangsiapa sampai kepada hakikat Islam maka tiadalah kuasa ia berhenti daripada ‘amal dan barangsiapa yang sampai kepada hakikat Iman maka tiadalah kuasa ia berpaling daripada ‘amal dan barangsiapa sampai kepada hakikat Ihsan maka tiadalah kuasa ia berpaling kepada seorang lain daripada Allah Ta’ala.

(Ketahui olehmu) bahawasanya adab kepada orang yang ahli thoriq didalam suatu waktu itu adab syariat dan dalam suatu waktu adab khidmat dan dalam suatu waktu adab al-haq.

(Maka) adab syariat iaitu berdiri kepada segala tandanya dan iaitu permulaan bagi segala orang yang menjalani jalan kepada Haq Ta’ala (Dan) adab khidmat itu yaitu fana’ daripada melihat segala tandanya itu dan tiadalah memandang ia kepada yang demikian itu melainkan kepada anugerah Allah Ta’ala jua kerana orang yang ahli khidmat itu wajib atasnya tiada berhajat kepada sekalian ‘amalnya (Dan) adab al-Haq itu yaitu seperti bahwa kau ketahui barang yang bagimu dan barang bagi Haq Ta’ala (Dan inilah) bagi segala orang yang ahli tahqiq kerana bahawasanya hamba itu apabila mengenal ia barang yang baginya daripada sifat (faqir) dan (dhoif) dan (lemah) dan (hina) dan (kurang) (Dan) barang yang bagi tuhannya daripada sifat (ghoni[6])

nota kaki:
[1]Kembali ia kepada kehendak dan kekuasaan Allah Ta’ala
[2] Merasa sedih, dukacita atau bimbang.
[3] Seperti rezeki, harta atau perkerjaan.
[4] Ulama-ulama sufi atau arifbillah
[5] Yaitu orang yang benar, sohih lagi tahqiq ilmunya
[6] Bererti Maha Kaya – lawan bagi perkataan ‘faqir’

membebel jiwa....

hari-hari dok perhati n mencari, tapi takde sampai setiap saat n ketika. mana nak mampu kalau keracunan dunia berdaki dalam hati, beb.. kira diberi ingat nk perhati tiap-tiap hari pun dh kira syukur benar dh.. di dinihari, gua perhati, di hening pagi, cari lagi, di celah beribu manusia saban hari, pun gua cari. petang-petang layan green @ pokok kt keliling rumah, gua perhati n mencari.
jenuh perhati n mencari...

tukar cite. dikatakan jangan biar dunia n seisinya melekat kt hati. layankan je duniawi sekadar yg seadanya. sepatutnya la.. layan je famili, masyarakat, kerjaya.. tapi buat apa pun mestilah kena sehabis baik, kan. kalau tak, tak rugged la, beb. dunia nk kena layan sebab tinggi mana 'terbang' kt dunia ni tetap kena berpijak di bumi yg nyata, beb.. sendiri mau ingat la..

tamsil mencari ni umpama mendengar cite yang member kamcing yg lama tak ketemui dh kembali ke kampung halaman. lalu kita pergi la cari dia di merata-rata tempat: kt kedai, jambatan, busstop, kira habis satu kampung la ronda, tapi haram tak jumpa. pas tu kita pun balik rumah dan tengok-tengok, member kamcing yang dicari bagai nk gila, ada kt rumah kita sendiri.. jenuh mencari satu kampung, apa la punya bangang punya kerja, tengok-tengok ada kt rumah sendiri.. member kamcing takkan ke mana, beb.. u get the story?

jangan melekat di hati ni umpama anak isteri, harta benda, n segala-gala la, kalau hilang n diambil pergi, jangan la bersedih hati, berduka lara, bergundah gelana, berduka nestapa, layankan je.. amacam, rasa-rasa boleh buat? easier said than done, beb. but then, nothing is impossible, especially when u have put your hand in the Hand of God..

inilah pkara yang gua dok melayan saban hari, for the last thousand days, hundred of weeks, many-many moons, all day all night allright!
layan.... :-)

different people will get @ receive @ acknowledge different ides of what i've written above. do you know y? because.. it is not how it is said but how it is heard. senang cite martabat berbeza la konon-kononnya. iyekan saje..

kata pak ya..

bajailah tanaman sendiri,
jangan diracun tanaman orang....

kitab hikam tok pulau manis- 1

Kitab Hikam Tok Pulau Manis ini dirumikan oleh al-Faqir Abu Zahrah Abdullah Thahir daripada kitab jawi cetakan Sulaiman Mar’ie dengan penambahan nota kaki. Adalah dinasihatkan pada para pembaca agar belajar atau bertanya kepada guru yang rasikh ilmunya lagi mursyid, supaya tiada tersalah faham atau tersalah tafsir akan kalam-kalam hikam tersebut. Sekian – Penterjemah dari jawi ke rumi, Abu Zahrah

بسم الله الرحمن الرحيم

(Kata faqir yang menterjemahkan ini kitab Hikam bagi Sheikh Imam Tajuddin Abul Fadhl Ahmad anak Muhammad anak ‘Abdul Karim anak ‘Athoillah رحمة الله عليهم
(Dan) sanya telah meminta akan aku setengah saudaraku yang saalik[1] bahawa menterjemahkan aku akan dia dengan bahasa jawi supaya memberi manfaat dengan dia segala orang yang mubtadi[2], maka kuperkenankan atas yang demikian itu dengan sekira-kira yang difahamkan Allah Ta’ala akan aku.

(Dan) adalah memanjangkan sedikit perkataannya kerana aku memasukkan perkataan syarahnya dengan sekadar kifayah[3] bagi orang yang mubtadi mengetahui dia, dan sanya kupohon kepada Allah سبحانه وتعلى akan sempurnanya dan akan beroleh manfaat segala orang yang tholib[4] akan dia dalam dunia dan dalam akhirat dengan berkat Sayyidul Mursalin wa aalihi wasahbihi ajmain.

(Kata) Sheikh رضى الله عنه:

﴿ من علامة الاعتماد على العمل ٭ نقصان الرجاء عند وجود الزلل﴾
Ertinya: Setengah daripada ‘alamat orang yang berjabat[5] diatas ‘amal itu kurang harapnya tatkala diperoleh kesalahan.

(Yakni) kurang harapnya tatkala maksiat dan sempurna harapnya tatkala taat dan demikan itu hal segala orang yang jahil yang menilik bagi dirinya ‘amal dan orang yang ‘arif[6] itu tiada sekali-kali menilik bagi dirinya ‘‘amal.

nota kaki:
1. Menurut bahasa orang yang berjalan, orang yang mengembara. Pada istilah tasauf, orang yang melakukan suluk yakni pengembaraan rohaniah, mendampingkan diri kesisi Allah Ta’ala dengan mengerjakan ‘ibadah, riadah dan mujahadah. Menurut ta’rif Sheikh Muhammad Nafis al-Banjari, salik itu ialah orang yang bersungguh-sungguh ia ijtihad berbuat ibadat kepada Allah Ta’ala dengan riadhah dan mujahadah dan mengamalkan segala wirid yang diijazahkan akan dia oleh sheikhnya kepadanya dengan tiada cedera ia mengerjakan dia dan menyalahi akan barang yang disuruhkan akan dia oleh gurunya daripada segala ibadat dan lainnya.
2. Peringkat permulaan dalam disiplin ilmu tasauf.
3. Mencukupi
4. Menuntut atau belajar
5. Bergantung atau berpegang
6. Orang yang benar-benar mengenal Allah dan juga dirinya, lalu hatinya sentiasa tidak lekang daripada bermuraqabah dan bermusyahadah kepadaNYA

Tuesday, February 17, 2009

life lagi.... (2)






life @ dunia









eternal life














moments in life














miracle of life

life lagi....

life is short.
talk fast.
act quickly.

-gilmore girls-

Monday, February 16, 2009

hidup....



hidup adalah wayang,

wayang adalah hidup,

skrip telah tertulis,

oleh pengarah yang,

-Satu-

Sunday, February 15, 2009

minta nyawa....


selagi termampu, doa, beb!
(gambo chiluk (@ courtesy) dr tok batin senoi. jangan marah, tok!)

kimia kebahagiaan-9 (final part)

MEMANDANG ALLOH
Cinta kepada Alloh ini adalah hal yang paling tinggi sekali dan itulah tujuan kita yang terakhir. Kita telah berbicara berkenaan bahaya kerohanian yang akan menghalangi cinta kepada Alloh dalam hati manusia, dan kita telah berbicara berkenaan berbagai sifat-sifat yang baik sebagai keperluan asas menuju Cinta Alloh itu.
Kesempurnaan manusia itu terletak dalam Cinta kepada Alloh ini. Cinta kepada Alloh ini hendaklah menakluki dan menguasai hati manusia itu seluruhnya. Kalau pun tidak dapat seluruhnya, maka sekurang-kurangnya hati itu hendaklah cinta kepada Alloh melebihi cinta kepada yang lain.
Sebenarnya mengetahui Cinta Ilahi ini bukanlah satu hal yang senang sehingga ada satu golongan orang bijak pandai agama yang langsung menafikan cinta kepada Alloh atau Cinta Ilahi itu. Mereka tidak percaya manusia boleh mencintai Alloh Subhanahuwa Taala karena Alloh itu bukanlah sejenis dengan manusia. Kata mereka; maksud Cinta Ilahi itu adalah semata-mata tunduk dan patuh kepada Alloh saja.
Sebenarnya mereka yang berpendapat demikian itu adalah orang yang tidak tahu apakah hakikatnya agama itu.
Semua orang Islam setuju bahwa cinta kepada Alloh (cinta Alloh) itu adalah satu tugas. Alloh ada berfirman berkenaan dengan orang-orang mukmin;
" Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ". (Al Maidah:54)
Nabi pernah bersabda;
"Belum sempurna iman seseorang itu hingga ia Mencintai Alloh dan Rasulnya lebih daripada yang lain".
Apabila malaikat maut datang hendak mengambil nyawa Nabi Ibrahim,
Nabi Ibrahim berkata,
"Pernahkah engkau melihat sahabat mengambil nyawa sahabat?"
Alloh berfirman,
"Pernahkah engkau melihat sahabat tidak mau melihat sahabatnya?"
Kemudian Nabi Ibrahim berkata, "Wahai Izrail! Ambillah nyawaku!"
Doa ini diajar oleh Nabi kepada sahabatnya;
"Ya Alloh, kurniakanlah kepada ku Cinta terhadap Mu dan Cinta kepada mereka yang Mencintai mu, dan apa saja yang membawa aku hampir kepada CintaMu, dan jadikanlah CintaMu itu lebih berharga kepadaku dari air sejuk kepada orang yang dahaga."
Hasan Basri berkata;
"Orang yang kenal Alloh akan Mencintai Alloh, dan orang yang mengenal dunia akan benci kepada dunia itu".
Sekarang marilah kita membicarkan pula berkenaan dengan keadaan cinta itu. Bolehlah ditafsirkan bahwa cinta itu adalah kecenderungan kepada sesuatu yang indah atau nyaman. Ini nyata sekali pada dari yang lima (pancaindera) yaiitu tiap-tiap satunya mencintai apa yang memberi keindahan atau kepuasan kepadanya. Mata cinta kepada bentuk-bentuk yang indah. Telinga cinta kepada bunyi-bunyinya yang merdu, dan sebagainya. Inilah jenis cinta yang kita miliki dan binatang pun memilikinya.
Tetapi ada dari yang keenam atau keupayaan pandangan yang terletak dalam hati, dan ini tidak ada pada binatang. Dengan melalui inilah kita mengenal keindahan dan keagungan keruhanian. Oleh karena itu, mereka yang terpengaruh dengan kehendak-kehendak jasmaniah dan kedunian saja tidak dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi apabila baginda berkata bahwa baginda cinta kepada sembahyang melebihi dari cintanya kepada perempuan dan bau harum wangi, meskipun perempuan dan wangi-wanginya itu disukai juga oleh baginda. Tetapi siapa yang mata batinnya terbuka untuk melihat keindahan dan kesempurnaan Ilahi akan memandang rendah kepada semua hal-hal yang zhohir walau bagaimanapun cantiknya sekalipun.
Orang yang memandang zhohir saja akan berkata bahwa kecantikan itu terletak pada warna kulit yang putih dan merah, kaki dan tangan yang eloknya dan sebagainya lagi, tetapi orang ini buta kepada kecantikan akhlak, seperti apa yang dikatakan orang bahwa seseorang itu mempunyai sifat-sifat akhlak yang "indah". Tetapi bagi mereka yang mempunyai pandangan batin dapat mencintai orang-orang besar yang telah kembali kealam baka, seperti Khalifah Umar dan Abu Bakar misalnya, karena kedua-dua orang besar ini mempunyai sifat-sifat yang agung dan mulia, meskipun tubuh mereka telah hancur menjadi tanah. Cinta seperti ini bukan memandang kepada sifat-sifat zhohir saja, tetapi memandang kepada sifat-sifat batin. Bahkan apabila kita hendak menimbulkan cinta dalam hati kanak-kanak terhadap seseorang, maka kita tidak memperihalkan keindahan bentuk zhohirnya, dan lain-lain, tetapi kita perihalkan keindahan-keindahan batinnya.
Apabila kita gunakan prinsip ini terhadap cinta kepada Alloh, maka kita akan dapati bahwa Dia sajalah sepatutnya kita Cinta. Mereka yang tidak mencintai Alloh itu ialah karena mereka tidak mengenal Alloh itu. Apa saja yang kita cinta kepada seseorang itu, kita cintai karena itu adalah bayangan Alloh. Karena inilah kita cinta kepada Muhammad Saw karena baginda adalah Rasul dan kekasih Alloh, dan cinta kepada orang-orang alim dan orang-orang auliya itu adalah sebenarnya cinta kepada Alloh.
Kita akan lihat ini lebih jelas jika kita perhatikan apakah sebab-sebabnya yang menyemarakkan cinta.
Sebab pertama ialah, bahwa seseorang itu cinta kepada dirinya sendiri dan menyempurnakan keadaannya sendiri. Ini membawanya secara langsung menuju Cinta kepada Alloh, karena wujudnya dan sifatnya manusia itu adalah semata-mata Kurniaan Alloh saja. Jika tidaklah karena kehendak Alloh Subhanahuwa Taala dan KemurahanNya, manusia tidak akan zhohir ke alam nyata itu. Kejadian manusia itu dan pencapaian menuju kesempurnaan adalah juga dengan kurnia Alloh semata. Sungguh aneh jika seseorang itu berlindung ke bawah pohon dari sinar matahari tetapi tidak berterima kasih kepada pohon itu.
Begitu jugalah jika tidaklah karena Alloh, manusia tidak akan wujud dan tidak akan ada mempunyai sifat-sifat langsung. Oleh karena itu, kenapa manusia itu tidak Cinta kepada Alloh? Jika tidak cinta kepada Alloh berarti ia tidak mengenalNya. Tanpa mengenalNya orang tidak akan Cinta kepadaNya, karena Cinta itu timbul dari pengenalan . Orang yang bodoh saja yang tidak mengenal.
Sebab yang kedua ialah, bahwa manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurnia kepada dirinya. Pada hakikatnya yang memberi pertolongan dan kurnia itu hanya Alloh saja. Sebenarnya apa saja pertolongan dan kurnia dari makhluk atau hamba itu adalah dorongan dari Alloh Subhanahuwaa Taala juga. Apa saja niat hati untuk membuat kebaikan kepada orang lain, sama ada keinginan untuk maju dalam bidang agama atau untuk mendapatkan nama yang baik, maka Alloh itulah pendorong yang menimbulkan niat, keinginan dan usaha untuk mencapai apa yang dicinta itu.
Sebab yang ketiga ialah cinta yang ditimbulkan dengan cara renungan atau tafakur tentang Sifat-sifat Alloh, Kuasa dan KebijaksanaanNya. Dan bermula Kekuasaan dan kebijaksanaan manusia itu adalah bayangan yang amat kecil dari Kekuasaan dan Kebijaksanaan Alloh Subhanahuwa Taala juga. Cinta ini adalah seperti cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang besar di zaman dulu, misalnya Imam Malik dan Imam Syafie meskipun kita tidak akan menyangka menerima sebarang faedah pribadi dari mereka itu, dan dengan itu adalah jenis yang tidak mencari untung. Alloh berfirman kepada Nabi Daud,
"Hamba yang paling aku Cintai ialah mereka yang mencari Aku bukan karena takut hukumKu atau hendakkan KurniaanKu, tetapi adalah semata-mata karena Aku ini Tuhan."
Dalam kitab Zabur ada tertulis,
"Siapakah yang lebih melanggar batas daripada orang yang menyembahKu karena takutkan Neraka atau berkehendakkan Syurga? Jika tidak aku jadikan Surga dan Neraka itu tidakkah Aku ini patut disembah?"
Sebab yang keempat berhubungan dengan cinta ini ialah karena keterikat yang erat antara manusia dan Tuhannya, yang maksudkan oleh Nabi dalam sabdanya :
"Sesungguhnya Alloh jadikan manusia menurut bayanganNya"
Selanjutnya Alloh berfirman;
"HambaKu mencari kehampiran denganKu, supaya Aku jadikan dia kawanKu, dan bila Aku jadikan ia kawanku, jadilah Aku telinganya, matanya dan lidahnya".
Alloh berfirman juga kepada Nabi Musa;
"Aku sakit, engkau tidak mengungjungiKu." Nabi Musa menjawab, "Aahai Tuhan, Engkau itu Tuhan langit dan bumi, bagaimana engkau boleh sakit?" Alloh menjawab, "Seorang hambaKu sakit, kalau engkau mengunjungi dia, maka engkau mengunjungi Aku."
Ini adalah satu hal yang agak bahaya hendaklah dikaji lebih dalam karena ia tidak terjangkau oleh pengetahuan orang awam, bahkan yang bijak pandai pun mungkin tumbang dalam perjalanan hal ini, lalu menganggap ada penzhohiran atau penjelmaan Tuhan dalam manusia. Tambahan pula hal kemiripan hamba dengan Tuhan ini dibantah oleh Alim Ulama' yang tersebut diatas dulu karena mereka berpendapat bahwa manusia itu tidak dapat mencintai Alloh oleh sebab Alloh bukan sejenis manusia. Walau pun berapa jauh jaraknya antara mereka, namun manusia boleh mencintai Alloh karena yang kemiripan itu ada ditunjukkan oleh sabda Nabi :
"Alloh jadikan manusia menurut rupanya."
Dan kataku pula (suluk), untuk mendapat dan menjejaki maksud sabda Nabi yang penuh dan melimpah dengan lautan hikmah zhohir dan batin ini, perlulah diambil pengajaran dari kalangan ulama yang muqarrabin yang arifbiLlah dari kalangan Aulia Alloh yang apabila berbicara, hanya akan mengungkapkan sesuatu yang didatangi dari Alam Tinggi, bukan beralaskan sesuatu kepentingan atau pengaruh hawa nafsunya. Ilmu mereka adalah pencampakkan Ilham dari Alloh Taala yang didapati terus dari Alloh sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Imam Ghazali dalam karyanya Al-Risalutul lil Duniyyah sebagaimana berikut;
Ilham adalah kesan Wahyu. Wahyu adalah penerangan Urusan Ghoibi manakala Ilham ialah pemaparannya. Ilmu yang didapati menerusi Ilham dinamakan Ilmu Laduni.
Ilmu Laduni ialah ilmu yang tidak ada perantaraan dalam mendapatkannya di antara jiwa dan Alloh Taala. Ia adalah seperti cahaya yang datang dari lampu Qhaib jatuh ke atas Qalbu yang bersih, kosong lagi halus (Lathif).
Semua orang Islam percaya bahwa memandang Alloh itu adalah puncak segala kebahagiaan karena ada tercatat dalam hukum. Tetapi bagi kebanyakan orang, ini adalah berbicara di mulut saja yang tidak menimbulkan rasa dalam hati. Sebenarnyalah begitu karena bagaimana orang dapat menyintai sesuatu jika ia tidak tahu dan tidak kenal? Kita akan coba menunjukkan secara ringkas bagaimana memandang Alloh itu puncak segala kebahagiaan yang bisa dicapai oleh manusia.
Pertama , tiap-tiap bakat atau anggota manusia itu ada tugas-tugasnya masing-masing dan ia merasa tertarik dan suka menjalankan tugas itu. Ini serupa saja sejak dari kehendak tubuh yang paling rendah hinggalah kepada pengetahuan akal yang paling tinggi. Usaha mental (otak) yang paling rendah pun mendatangkan ketertarikan yang lebih dari hanya memuaskan kehendak tubuh saja. Kadang-kadang seseorang yang khusuk bermain catur tidak mau makan meskipun ia berkali-kali dipanggil untuk makan.
Makin tinggi hal pengetahuan kita itu, maka makin bertambah menarik dan sukalah kita mengusahakan hal itu. Misalnya kita lebih berminat untuk mengetahui rahasia Sultan dan rahasia menteri. Dengan demikian, oleh karena Alloh itu adalah objek atau hal pengetahuan yang paling tinggi, maka mengenal atau mengetahui Alloh itu mestilah memberi kebahagiaan dan kelezatan lebih daripada yang lain-lain. Orang yang mengetahui dan mengenal Alloh walaupun dalam dunia ini. seolah-olah di dalam syurga, buah-buahan bebas untuk dipetik, dalam lebarnya tidak disempitkan oleh penghuninya yang ramai itu.
Firman Alloh SWT :
" Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa " (Al Imran:133)
Tetapi kenikmatan ilmu atau pengetahuan masih tidak menyamai atau menyerupai kenikmatan pandangan sebagaimana ketertarikan kita dalam memikirkan mereka yang bercinta adalah lebih rendah daripada ketertarikan yang diberi oleh memandangnya dengan benar.
Terpenjaranya kita dalam tubuh kita dari tanah dan air dan terbelenggu kita dalam hal-hal indera (pancaindera) menjadikan hijab yang melindungi kita daripada memandang Alloh , meskipun tidak menghalang pencapaian kita kepada mengetahui dan mengenalNya. karena inilah Alloh berfirman kepada Nabi Musa di Gunung Sinai,
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (Al Araaf:143)
Hakikat hal ini adalah sebagaimana benih manusia itu menjadi manusia, dan biji tamar menjadi pohon tamar, begitu jugalah mengenal Alloh yang diperoleh di dunia ini akan bertukar menjadi "Memandang Alloh" di akhirat kelak, dan mereka yang tidak mempelajari pengetahuan itu tidak akan mendapat pandangan itu. Pandangan ini tidak akan dibagi-bagikan sama rata kepada mereka yang tahu tetapi "konsep pemahaman" mereka tentangnya akan berbeda-beda sebagaimana ilmu mereka.
Alloh itu Satu tetapi ia kelihatan dengan berbagai-bagai cara, sebagaimana satu benda itu terbayang dalam berbagai cara dalam berbagai cermin. Ada yang lurus, ada yang bengkok, ada yang terang dan ada yang gelap. Sesuatu cermin itu mungkin terlalu bengkok dan ini menjadikan bentuk-bentuk yang cantik kelihatan buruk dalam cermin itu. Seseorang manusia itu mungkin membawa ke akhirat hati yang gelap dan bengkok, dan dengan itu pandangan yang menjadi puncak kedamaian dan kebahagiaan kepada orang lain, akan menjadi sumber kesengsaraan dan kedukaan kepadanya.
Orang yang Menyintai Alloh sepenuh hati dan Cintanya kepada Alloh melebihi Cintanya kepada yang lain akan memperolehi lebih banyak kebahagiaan daripada pandangan melebihi daripada mereka yang dalam hatinya tidak ada pandangan ini. Umpama dua orang yang kekuatan matanya sama saja memandang kepada wajah yang cantik. Orang yang telah ada cintanya kepada orang yang memiliki wajah itu akan merasa tertarik dan bahagia memandang wajah itu melebihi dari orang yang tidak ada cintanya kepada orang yang mempunyai wajah itu.
Untuk kebahagiaan yang sempurna, ilmu saja tidak tidaklah cukup. Hendaklah disertakan dengan Cinta. Cinta kepada Alloh itu tidak akan tercapai selagi hati itu tidak dibersihkan daripada cinta kepada dunia. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan menahan diri dari hawa nafsu yang rendah dan bersikap zuhud.
Semasa dalam dunia ini, keadaan seseorang itu terhadap "Memandang Alloh" adalah ibarat orang yang cinta yang melihat muka orang yang yang dicintai dalam waktu senja kala dan pakaiannya penuh dengan penyengat dan kalajengking yang senatiasa menggigitnya. Tetapi sekiranya matahari terbit dan menunjukkan muka yang dicintai dengan segala keindahannya, dan penyengat serta kala itu telah pergi darinya, maka kebahagiaan orang yang cinta itu adalah seperti hamba Alloh yang terlepas dari gelap senja dan azab cobaan di dunia ini, lalu melihat dia tanpa hijab lagi .
Abu Sulaiman berkata;
"Siapa yang sibuk dengan dirinya sendiri saja di dunia ini, akan sibuk juga dengan dirinya di akhirat kelak, dan siapa yang sibuk dengan Alloh di dunia ini akan sibuk juga dengan Alloh di akhirat kelak".
Yahya bin Mu'adz menceritakan;
"Saya lihat Abu Yazid Bustomin sembahyang sepanjang malam. apabila beliau telah habis sembahyang, beliau berdoa dan berkata :
"Oh Tuhan!!! Setengah dari hambaMu meminta padaMu kuasa untuk membuat sesuatu yang luar biasa (karamat) seperti berjalan di atas air, terbang di udara, tetapi aku tidak meminta itu; ada pula yang meminta harta karun, tetapi aku tidak meminta itu,
kemudian ia memalingkan mukanya dan setelah dilihatnya saya, ia berkata; "Kamu di situ Yahya?" Saya menjawab; "Ya!" Beliau bertanya lagi; "Sejak kapan?" Saya menjawab; "Telah lama saya di sini" Kemudian saya bertanya dan beliau menceritakan kepada saya setengah daripada pengalaman keruhaniannya.
"Saya akan menceritakan" Jawab beliau. "Apa yang boleh saya ceritakan kepadamu, Alloh Subhahahuwa Taala menunjukkan aku kerajaanNya dari yang paling tinggi hingga ke paling rendah. DiangkatNya saya melampaui Arash dan Kursi dan tujuh petala langitnya, kemudian Ia (Alloh) berkata; "Pintalah kepadaKu apa saja yang engkau kehendaki".
Saya menjawab; "Ya Alloh!!! tidak akan saya minta apa pun melainkan Engkau".
JawabNya (Alloh) : "Sesungguhnya engkau hambaKu yang sebenar benarnya".
Pada suatu ketika pula Abu Yazid berkata:
"Sekiranya Alloh mengkaruniakan engkau kemiripan denganNya seperti Ibrahim, kekuasaan Sholat Musa, keruhanian 'Isa, namun wajahmu hadapkanlah kepada Dia saja karena ia ada harta yang melampaui segala-galanya itu"
Suatu hari seorang sahabatnya berkata kepada beliau; "Selama tiga puluh tahun saya puasa di siang hari dan sembahyang di malam hari tetapi saya tidak dapati kenikmatan keruhanian yang engkau katakan itu".
Abu Yazid menjawab; "Jika engkau puasa dan sembahyang selama tiga ratus tahun pun, engkau tidak akan mendapatkannya".
Sahabatnnya berkata; "Bagaimanakah itu?"
Kata Abu Yazid; "obatnya ada tetapi engkau tidak akan sanggup menelannya obat itu". Tetapi oleh karena sahabatnya itu bersungguh-sungguh benar meminta supaya diceritakan, Abu Yazid pun berkata;
"Pergilah kepada tukang gunting dan cukurlah janggutmu itu; buanglah pakaianmu itu kecuali seluar dalam saja. Ambil satu kampit penuh yang berisi "Siapa yang mau menempeleng kuduk leherku dia akan mendapat buah ini" Kemudian dalam keadaan ini pergilah kepada Kadi dan ahli syariat dan berkata; "Berkatilah Ruhku".
Kata sahabatnya; "Tidak sanggup saya berbuat demikian, berilah saya cara yang lain".
Abu Yazid pun berkata; "Inilah saja caranya, tetapi seperti yang telah saya katakan kamu ini tidak dapat diobat lagi".
Sebab Abu Yazid berkata demikian kepada orang itu ialah karena orang itu sebenarnya pencari pangkat dan kedudukan. Bercita-cita hendak pangkat dan kedudukan seperti bersikap sombong dan bangga adalah penyakit yang hanya dapat diobat dengan cara yang demikian itu.
Alloh berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kami lah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash Shaff:14)
Apabila orang bertanya kepada Nabi 'Isa; "Apakah kerja yang paling tinggi sekali derajatnya?" Beliau menjawab; "Mencintai Alloh dan tunduk kepadaNya".
Suatu ketika orang bertanya kepada Wali Alloh bernama Rabi'atul Adawiyah sama ada beliau cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau menjawab; " Cinta kepada Alloh menghalang aku cinta kepada makhluk".
Ibrahim bin Adham dalam doanya berkata; "Ya Alloh! pada mataku syurga itu sendiri lebih kecil dari unggas jika dibandingkan dengan Cintaku terhadapMu dan kenikmatan mengingatiMu yang Engkau telah kurniakan kepadaku".
Siapa yang menganggap ada kemungkinan menikmati kebahagiaan di akhirat tanpa mencintai Alloh adalah orang yang telah jauh sesat anggapannya, karena segala-galanya di akhirat itu adalah kembali kepada Alloh dan Alloh itulah alamat yang dituju dan dicapai setelah melalui halangan yang tidak terhingga banyaknya. Nikmat memandang Alloh itu adalah kebahagiaan. Jika seseorang itu tidak suka kepada Alloh di sini, maka di sana pun ia tidak suka juga kepada Alloh. Jika sedikit saja sukanya kepada Alloh di sini, maka sedikit jugalah sukanya kepada Alloh di sana . Pendeknya, kebahagiaan kita di akhirat adalah tergantung pada kadar Cintanya kita kepada Alloh di dunia ini.
Sebaliknya jika dalam hati manusia itu ada tumbuh cinta kepada apa saja yang berlawanan dengan Alloh, maka keadaan hidup di akhirat sana akan berlainan dan ganjil sekali kepadanya dan dengan ini apa saja yang mendatangkan kebahagiaan kepada orang lain, akan mendatangkan 'azab sengsara kepadanya. Mudah-mudahan Alloh lindungi kita dari terjadi sedemikian itu.
Ini bolehlah kita gambarkan dengan misalnya seperti berikut :
Seorang pengangkut sampah pergi ke kedai yang menjual minyak wangi. Apabila beliau membawa bau-bauan yang harum wangi itu, ia pun jatuh dan tidak sadar diri. Orang pun datang hendak memberi pertolongan kepadanya. Air dipercikkan kemukanya dan dihidungnya diletakkan kasturi. Tetapi beliau bertambah parah. Akhirnya datanglah seorang pengangkut sampah juga, lalu diletakkan sedikit sampah kotor di bawah hidung orang yang pingsan itu. Dengan segera orang itu pun sadar semula sambil berseru dengan rasa puas hati, "Wah! Inilah sebenarnya wangi!"
Demikian jugalah, ahli dunia tidak akan menjumpai lagi karat dan kotor dunia ini diakhirat. Kenikmatan keruhaniah alam sana berlainan sekali dan tidak sesuai dengan kehendaknya. Maka ini menjadikannya bertambah parah dan sengsara lagi. karena alam sana itu adalah alam ruhaniah dan penzhohiran Jamal (keindahan) Alloh Subhanahuwa Taala. Berbahagialah mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di sana itu dan menyesuaikan dirinya dengan alam itu. Semua sikap zahud, menahan diri ibadah, menuntut ilmu adalah bertujuan untuk mencapai penyesuaian itu dan penyesuaian itu adalah cintanya. Inilah maksud Al-Quran:
…….., Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.(Al Baqoroh:222)
Dosa dan maksiat sangat bertentang dengan masalah ini Oleh karena itulah tercantum dalam Al-Quran:
Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. (Al Jaatsiyah:27)
Orang yang dikaruniai dengan mata keruhanian telah nampak hakikat ini dalam rasa pengalaman mereka bukan hanya kata-kata yang diterima turun-menurun sejak dahulu lagi. Pandangan mereka itu membawa kepercayaan bahwa orang yang berkata demikian adalah sebenarnya Nabi, ibarat orang yang mengkaji ilmu pengobatan, akan tahu adakah orang yang berbicara berkenaan pengobatan itu sebenarnya dokter ataupun bukan. Ini adalah jenis keyakinan yang tidak perlu dibantu dengan mukjizat atau perbuatan yang diluar kebiasaan karena yang demikian pun dapat dilakukan juga oleh tukang sihir atau tukang silap mata.

Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya'adah - KIMIA KEBAHAGIAAN - Karya : Imam Al-Ghazali

Thursday, February 12, 2009

tree of life....

salam. see the picture above? Ha! that is one of the trees i have in my compound which i consider as decorative plants. you see, i like to spend time in the late afternoon with the plants around my house. within the compound, all the plants are decorative ones only, which need a lot of attention, (everyday to be exact!) while outside the fence i have a few fruit trees; rambutan, mangoes, longan, kuini, jackfruit, bananas, coconut, tapioca and few others. alhamdulillah, all the trees, except for the jackfruit, have borne fruits. not much actually but sure enough for the family and sometimes for the neighbours as well.
time spent with the plants is actually a form of escapism. when i'm busy with the plants, then i'm in my own lil' planet. though physically it seems like a laborious task, considering the fact that i have more or less hundred plants to care for, mentally and emotionally i'm in a carefree mood.
the inner part of me gets to relax, unlike the outer part which is drenched with sweat, and also the occasional bruises here and there.
to see the thing you work hard for bears fruit is an experience that is priceless. no word can really describe the feeling. only those who have encountered the same situation can understand it, albeit the fact it's not actually the same since a person's experience can never be 100% the same as another person's experience.
talking about trees, there's a book by ibnu arabi entitled Syajaratul Kaun @ Pohon Kejadian. there's an ayat, from surah ibrahim, verse 24: "Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya tegak dan cabangnya (menjulang ke langit)."
it's a good book, full of symbolism, but not an ideal one for the masses. nevertheless, boleh la jugak kalau nak layan baca, kan..
well, this is just about everything i can share with you for now. lastly, berkebunlah untuk jiwa raga yang sihat, insyaAllah.

Monday, February 9, 2009

kecoh la perak....

salam.
on everyone's mind at the moment is the on-going saga in Perak. i would love to share my piece of mind but from a different viewpoint.
the sultan's decision to elect zambry as the new mb will act as a catalyst to hasten the fall of bn, latest next ge, insyaAllah, and najib will be the last pm to come from the rank of umno. if we consider rahman's theory, najib is at the end of it. from how things are going, clearly everything points to the end of bn very soon.
guess it's true when the sultan told nizar then, "sesungguhnya Allah beserta orang2 yg sabar." you may lose a battle, but you'll win the war.
to see whether this is true, we have to wait and see.
Man proposes, God disposes.
nite.

Tuesday, February 3, 2009

-bismillah-


kimia kebahagiaan-8

TANDA-TANDA CINTA KEPADA ALLOH
Ramai orang berkata ia Cinta kepada Alloh Subhanahuwa Taala. Perkataan itu hendaklah diuji terlebih dahulu adakah yang murni atau hanya palsu.
Ujian pertama adalah : Dia hendaklah tidak benci kepada mati karena tidak ada orang yang enggan bertemu dengan sahabatnya.
Nabi Muhammad saw bersabda :
"Siapa yang ingin melihat Alloh, Alloh ingin melihat dia."
Memang benar ada juga orang yang ikhlas cintanya kepada Alloh berasa gentar apabila mengingat kedatangan mati sebelum ia siap menyiapkan persediaan untuk pulang ke akhirat, tetapi jika betul-betul ikhlas dia akan bertambah rajin berusaha lagi untuk menyiapkan persediaan itu.
Ujian kedua adalah : ia mestilah bersedia mengorbankan kehendaknya untuk menurut kehendak Alloh dan dengan daya upaya yang ada menghampirkan diri kepada Alloh dan benci kepada apa saja yang menjauhkan dirinya dengan Alloh. Dosa yang dilakukan oleh seseorang itu bukanlah bukti ia tidak cinta kepada Alloh langsung tetapi itu membuktikan yang ia tidak menyintai Alloh sepenuh jiwa raganya.
Fudhoil bin Iyadh seorang wali Alloh berkata kepada seorang lelaki :
"Jika seseorang bertanya kepada mu apakah kamu cinta kepada Alloh? hendaklah kamu diam karena jika kamu kata: "Saya tidak cinta kepadaNya", maka kamu kafir dan jika kamu berkata, "Saya cinta", maka perbuatan kamu berlawanan dengan katamu."
Ujian yang ketiga adalah : ingat kepada Alloh itu mestilah sentiasa ada dalam hati manusia itu tanpa ditekan atau direkayasa kebenarannya, karena apa yang kita cinta itu mestilah sentiasa kita ingat. Sekiranya cinta itu sempurna, ia tidak akan lupa yang dicintainya itu. Ada juga kemungkinan bahwa sementara cinta kepada Alloh itu tidak mengambil tempat yang utama dalam hati seseorang itu, maka cinta kepada menyintai Alloh itu mungkin mengambil tempat juga, karena cinta itu satu hal dan cinta kepada cinta itu adalah satu masalah yang lain pula.
Ujian yang keempat adalah : kemudian menunjukkan adanya cinta kepada Alloh ialah bahwa seseorang itu cinta kepada Al-Quran, yaiitu Kalam Alloh, dan cinta kepada Muhammad yaitu Rasul Alloh. Jika cintanya benar-benar kuat, ia akan cinta kepada semua orang karena semua manusia itu adalah hamba Alloh. Bahkan cintanya meliputi semua makhluk, karena orang yang kasih atau cinta kepada seseorang itu tentulah kasih pula kepada kerja-kerja yang dibuat oleh kekasihnya itu dan cintanya juga kepada tulisan atau karangannya.
Ujian yang kelima adalah : ia suka duduk bersendirian untuk maksud beribadat dan ia suka malam itu cepat datang agar dapat berbicara dengan rekan atau sahabatnya tanpa ada yang menggangu. Jika ia suka berbual-bual di siang hari dan tidur di malam hari maka itu menunjukkan cintanya tidak sempurna. Alloh berfirman kepada Nabi Daud :
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat lalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat”. (Shaad:24)
Pada hakikatnya, jika cinta kepada Alloh itu benar-benar mengambil tempat seluruhnya didalam hati seseorang itu, maka cintanya kepada yang lain itu tidak akan dapat mengambil tempat langsung ke dalam hati itu. Seorang dari Bani Israel telah menjadi kebiasaan sembahyang di malam hari.
Tetapi apabila melihat burung bernyanyian di sebatang pohon dengan merdu sekali, dia pun sembahyang di bawah pohon itu supaya dapat menikmati nyanyian burung itu. Alloh menyuruh Nabi Daud pergi berjumpa dia dan berkata :
"Engkau telah mencampurkan cinta kepada nyanyian burung dengan cinta kepadaKu, Martabat engkau di kalangan Auliya' Alloh telah diturunkan,"
Sebaliknya ada pula orang yang terlalu cinta kepada Alloh, suatu hari sedang ia melakukan ibadatnya kepada Alloh rumahnya telah terbakar, tetapi ia tidak tahu dan sadar rumahnya terbakar.
Ujian yang keenam adalah : ibadahnya menjadi senang sekali. Seorang Wali Alloh ada berkata :
"Dalam tiga puluh tahun yang pertama saya melakukan sembahyang malam dengan susah payah sekali, tetapi tiga puluh yang kedua sembahyang itu menjadi indah dan nikmat pula kepada saya." Apabila cinta kepada Alloh itu sempuna, maka tidak ada keindahan yang sebanding dengan keindahan beribadah.
Ujian yang ke ketujuh adalah : Orang yang cinta kepada Alloh itu akan cinta kepada mereka yang taat kepada Alloh dan mereka benci kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka kepada Alloh.
Al-Quran menyatakan :
" Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, ." (Hujurat:7)
Suatu masa, Nabi bertanya kepada Alloh, "Wahai Tuhan, siapakah kekasihmu?" Terdengarlah jawaban,
"Siapa yang berpegang teguh kepadaKu seperti bayi dengan ibunya, mengambil perlindungan dengan MengingatiKu seperti burung mencari perlindungan disarangnya, dan yang marah melihat dosa seperti singa yang marah yang tidak takut kepada apa dan siapa pun."

Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya'adah - KIMIA KEBAHAGIAAN - Karya : Imam Al-Ghazali

talibullah....



salam. last week i had a 9-day break for cny, so i took my family back to my parents place. glad to see them again. i make sure that i go back once a month at the very least. since i was there for a couple of nites, took my family to ikea for shopping. dunia, beb! the travel from my parents place at kelana jaya to ikea was heaven, very little traffic, unlike the usual days where traffic jam is the normal thing to endure.. but when we got to ikea, the place was bustling with people, hundreds, if not thousand, literally speaking. as we were there, layankan saja.. that nite, got together with a couple of old friends, (we've been friend since childhood, counting back the years, almost 30 years ago, beb!) and had a muzakarah. the fact is that i do not like to spend my nites outdoor anymore like last time, when i was younger. when i was in my late teens, early twenties, i would hang out every nite, and most of the time would only be back very late at nite, and sometimes i would only return home the next morning. my parents had a hard time understanding and controlling me then. i was a rebel, a small-time mischievous guy. i dwell into my early days in another posting, insyaAllah. but now that i'm older, and wiser, nightlife is meant for myself alone, or with my immediate family, and time spent is indoor... guess i'm getting old :-) but still charming in my own sweet way, ehem, ehem... back to the 'get together' with my friends.. after the usual pleasantries, and a spliff of cas, the talk boiled down to finding @ having a spiritual guide, since we were discussing about religion and its branches. the talk lasted until the wee hour of the morning coz we were totally engrossed, but realising the fact that we are family man as well, we decided to call it a day (or should it be 'to call it a nite'?) and insyaAllah, get together again in the near future, God permits.... the moral of this posting then, is related to the posting before this, salasilah. by right, for the masses, who are in search of the truth, having a guide would have to be the ultimatum if you are really sure of what you are looking for. nevertheless, it is not an easy feat to find the guide. like the saying goes, "pagi mencari, petang mendatang". kita hendaklah berpegang dengan tali-tali Allah. but how can we get hold of the talibullah when we dont even know the person who holds the tali? Ha! Berat jugak tu.... well, got to go. anything, feel free to comment @ ask @ share thots.... ciao!

salasilah....

Peri pentingnya memahami peranan dan pengertian salasilah sebelum dan sesudah menghayati sesuatu Tariqat oleh Fakir Amal
Bila di sebut Tariqat maka Mursyid adalah perkara yang amat mustahak. Tariqat ialah perjalanan menuju Allah Ta’ala manakala mursyid lah yang memimpinnya ke arah tujuannya itu. Kalau Tariqat di ibaratkan sebagai sampan manakala Mursyid pula di ibaratkan sebagai nakhodanya yang memimpin haluan sampan tersebut. Kedudukan Mursyid di dalam sesebuah jamaah tariqat tidak keterlaluan faqir katakan adalah ibarat nyawa bagi sebuah jasad. Tidak hairanlah ada ahli sufi yang berpendapat : “Rahsianya(intipati perjalanan tariqat) itu adalah pada masya’ih bukannya pada zikir”. Dan berkata Syeikh Tajaldin Naqsyabandi dan perkataan ulama-ulama sufi yang lain juga ada menyatakan senada dengannya iaitu : “Barang siapa tiada baginya syeikh(guru mursyid) maka syaitanlah syeikhnya”. Perkataan di atas merujuk kepada guru kerohanian iaini yang menjalani jalan tariqat keruhanian.
Kepentingan mursyid di dalam perjalanan keruhanian juga samalah dengan orang yang menunjuk jalan dan sudah mahir dengan perjalanan itu memimpin jalan bagi orang yang belum pernah berjalan ke destinasi tersebut bahkan tiada tahu seluk beluknya maka mengikuti arahannya serta mempercayainya adalah suatu kemestian. Maka dalam menentukan keabsahan dan keesahan terhadap kepakarannya dalam seluk-beluk perjalanan amat mustahak di teliti supaya terselamat daripada bahaya kesesatan samada bagi pihak pengikut mahupun dirinya sendiri.
Dalam menentukan keesahan atau kebenaran seseorang mursyid mengikut adab syariat dan adab tariqat terdapat beberapa perkara pokok. Cuma yang ingin faqir ketengahkan ialah peranan salasilah tariqat kerana ianya sering dilupai oleh kebanyakkan orang mungkin di kaburi atau dilupai oleh cerita-cerita kiramah seseorang yang dianggap mursyid itu atau terlalu terpengaruh dengan rupa atau cerita wara’ atau kealiman dan sebagainya. Bukan faqir maksudkan wara’ dan alim itu tidak penting ianya juga penting tetapi yang paling kurang di lihat dan di teliti ialah tentang sanad salasilah Tariqat guru tersebut.
Banyak peristiwa pincang yang berlaku dalam sesuatu jamaah Tariqat sebenarnya berpunca daripada masalah ini. Kebanyakkan ahli tariqat yang faqir jumpa juga sering meringan-ringankan perkara ini. Faqir kurang pasti mengapa tetapi yang nyatanya dari sebab ini lah berlaku perselisihan , perpecahan , penyelewengan , dakwa mendakwa.Dan timbul –lah persoalan iktiraf dan tidak iktiraf dan akhirnya menjurus kepada persoalan mencari ganti syeikh yang tak habis-habis di persoalkan siapa pengganti sebenar ? Ianya juga berpunca dari masalah kejahilan dan masalah mazmumah di dalam hati yang belum selesai dan syaitan memang suka mengocah persoalan ini agar hancur organisasi sesebuah jamaah Tariqat. Sebab itu faqir mengingatkan diri faqir sendiri dan semua sahabat-sahabat faqir di sini (BSC) agar di tentukan susur galur salasilah Tariqat sebelum mahupun sesudah menghayati sesuatu amalan tariqat.
Faqir berpendapat mungkin seseorang yang ingin bertariqat mungkin kurang di dedahkan atau tak tahu menahu kepentingan peranan salasilah. Sedangkan berguru tariqat yang tidak bersambung salasilahnya dengan ulama-ulama asalnya sehingga bersambung dengan Rasulullah s.a.w. hukumnya haram kerana terputus wasilah dalam menyampaikan matlamat.Sebab itu bukan mudah untuk kita berguru dengan seseorang kecuali telah di buktikan bahawa guru yang kita anggap sebagai guru itu memiliki sanad salasilah tariqat yang mutashil(bersambung) sehingga Rasulullah s.a.w. di samping kita melihat kepada faktor-faktor lain yang selari dengan adab syariat dan adab tariqat.
~~~~~ o O o ~~~~~
Apakah yang di maksudkan dengan salasilah tariqat dan mengapa salasilah tariqat itu penting ?
Seseorang yang di anggap mursyid ialah seseorang yang telah berguru sebelumnya dengan gurunya terdahulu dan sehinggalah bersusun sampailah kepada tabi’in kepada sahabat dan akhirnya bertemu kepada Rasulullah s.a.w. dan mestilah di dokumenkan dalam bentuk bertulis dan di sahkan oleh gurunya yang terdahulu dengan ‘memberi izin’ bagi menjalankan atau menyebarkan tariqat tersebut serta mahsyur sanadnya mengikut adab tariqat.
Salasilah ini penting kerana beberapa sebab iaitu :
i. bagi menentukan seseorang murid menerima keberkatan (kesan ruhaniah) atau limpahan ruhani yang bersambung dengan syeikhnya itu terus bersambung sehinggalah persambungannya itu benar-benar dari puncanya yang sebenar dan teratasnya iaitu Rasulullah s.a.w. Sekiranya salasilahnya terputus atau tiada memiliki sanad salasilah yang sah maka bagaimana seseorang itu dapat menerima limpahan keberkatan imdad bir ruhaniah dari segala masya’ih yang terdahulu sehingga Rasulullah s.a.w yang dengannya menyampaikan kita kepada jazbah fillah(tarikan kepada Allah iaini zuk fana’fillah dan baqo’billah).
ii. Bagi yang terputus wasilah ruhaniahnya maka terputuslah apa yang di panggil rabithah mursyid(pertalian mursyid).Jika tiada baginya rabithah mursyid maka tiada terpelihara perjalanannya itu daripada tercedera terhadap gangguan musuh-musuh bathin seperti iblis, syaitan jin dan segala perkara yang membahayakan perjalanan ruhaninya khususnya dalam meniti perjalanan di alam malakut.Sebab itu kita dengar bahaya-bahaya penipuan di alam ruhani yang sering kita dengar seperti membesarkan diri mengakui diri sudah capai ke mertabat wali,mertabat sultanul auliya, sudah dapat tahap yang tinggi dan suka menggelar diri , taa’sub , sudah pandai menilik dan di katanya sudah dapat kasyaf , pandai mengubat kerana sudah disangkanya dapat maunah dan akhirnya melalutlah kepada gila dan sebagainya. Sedangkan rukun bagi seseorang mursyid atau khalifah itu ialah sangat merendahkan diri (tawadhu’) bagaimana pula dia nak mengaku dirinya lebih atau macam-macam lagi.Satu perkara lagi sifat orang yang terputus sanadnya suka kondem orang lain yang nyata kondemnya itu tidak jujur dan terlalu taasub dengan amalannya saja kononnya amalannya yang sah , betul dan orang lain itu semuanya tak betul kalau betul pun tak sempurna macam dia punya. Sebenarnya 2 perkara ini selalu dilakukan bagi orang yang lalai dalam zikrullah atau memang sudah ada cacat dalam perjalanannya.
iii. Sebagai bukti atau hujjah yang sah bahawa seseorang itu mendapat izin dari syeikhnya yang terdahulu bagi menyebarkan ajaran tariqatnya itu kerana sanad salsilah yang mahsyur dan mutashil dengan Rasulullah s.a.w. itu seumpama otoriti yang sangat berwibawa tanpa dapat di pertikaikan lagi dari sudut keizinan dan kelayakannya dalam memimpin murid.Dan inilah adab yang amat penting dalam tariqat.
iv. Salasilah juga adalah suatu keesahan yang menyatakan bahawa tiada berlaku perubahan atau pindaan atau saduran darihal penyampaian ilmu Tariqat itu sendiri dan lazimnya salasilah ini di kepilkan bersama ajaran-ajaran,adab-adab serta segala keterangan maqam-maqam zikir tariqat yang di rekod bersama dari turun temurun supaya tidak berlaku sebarang penyelewengan atau di ciplak dari mana-mana ajaran yang bertentangan dengan asal .
~~~~~ o O o ~~~~~
Pesanan Ulama sufi yang muktabar dalam kepentingan mengetahui salasilah tariqat .
1. Kata Syeikh Amin Kurdi dalam kitabnya Dhiya’ul Iman :
“Ketahuilah bahawa seorang murid di jalan Allah yang mahu bertaubat dan menghilangkan sifat kelalaiannya wajiblah ia mencari seorang syeikh yang ada di zamannya. Iaitu seorang yang sempurna suluknya(perjalanannya) syariat dan haqiqat mengikut Al Qura’an dan Al Hadis juga sentiasa berpandukan para Ulama hingga sampai ke maqam ar-rijalul kamal. Syeikh itu telah sampai kepada keredhaan Allah dan suluknya juga adalah di bawah pimpinan seorang mursyid yang mempunyai persambungan salasilah hingga ke nabi s.a.w. Ia juga mestilah telah mendapat izin dari syeikhnya untuk menyampaikan ajarannya kepada orang lain. Ia juga mempunyai ilmu dan makrifah yang benar dan bukan jahil dan bukan kerana di dorong oleh keinginan nafsu dirinya.Oleh yang demikian syeikh yang arif yang mempunyai persambungan salasilah itu adalah merupakan wasilah kepada Allah bagi seseorang murid itu. Syeikh itulah juga merupakan pintu menuju kepada Allah yang akan di lalui oleh murid itu. Sesiapa yang tiada mempunyai syeikh yang memimpin dan mengasuhnya maka syeikhnya adalah syaitan”.
2. Katanya lagi :
“ Tidaklah boleh seseorang itu membuat bai’ah dan memimpin para murid kecuali setelah ia mendapat tarbiyah dan ke izinan mursyidnya seperti yang di tegaskan oleh para masya’ih. Orang yang berbuat kerja demikian itu padahal ia bukan ahlinya yang sebenar , akan lebih banyak merosakkan dari memberi kebaikan. Ianya akan menanggung dosa sebesar dosa seorang perompak kerana ia telah memisahkan murid dari syeikh yang arif sebenarnya”.
3. Berkata Syeikh Amin Al Kurdi dalam kitab Dhiya’ul Iman fi Thariqah Ar Rahman pada membicarakan kepentingan salsilah iaitu:
“Adalah sangat wajar bagi para murid di jalan Allah itu untuk mengetahui salasilah para syeikh mereka itu hingga sampai kepada nabi Muhammad s.a.w. Bila kedudukan syeikh mereka jelas dan benar ada persambungan salasilah hingga kepada nabi s.a.w. maka jika para murid itu mahu mendapatkan pertolongan limpahan ruhaniah dari syeikh mereka itu mereka akan berhasil apa yang dimaksudkan . Orang yang salasilahnya tidak bersambung hingga kepada nabi s.a.w. maka orang itu adalah terputus dari limpahan ruhaniah tersebut. Oleh itu orang itu bukanlah menjadi waris bagi Rasulullah s.a.w. dan TIDAK boleh di ambil bai’ah dan ijazah daripadanya”.
4. Kata Syeikh Abdul Wahab Asy Syaroni di dalam kitab Madarijus Salikin :
“Hei para murid ! Semoga Allah memberkan keredhaan Nya kepada kami dan kamu. Sesungguhnya orang yang tidak mengetahui bapanya dan datuknya di dalam jalan ini (ilmu Tariqat) ,maka ia adalah buta. Mungkin jua orang yang tersebut di nasabkan(di binkan) kepada orang lain yang bukan bapa sebenarnya. (jika begitu) maka bermakna ia termasuk ke dalam apa yang di sabdakan oleh nabi s.a.w. : ‘Allah melaknat orang yang dinasabkan kepada orang lain yang bukan bapanya yang sebenar”.
Maksud bapa dan datuknya ialah para guru-guru yang terdahulu (para masya’ih) kerana guru mursyid kita ialah bapa ruhani manakala guru kepada guru kita adalah datuk ruhani kepada kita sehingga lah seterusnya sampai kepada Rasulullah s.a.w. iaitu sumber segala ruhani iaini benih sekelian alam dan induk rahmat Allah Ta’ala dengannya melimpah sekelian rahmat Allah atas setiap kejadian.
5. Kata Syeikh Abdul Qadir Al Jilani dalam kitabnya Sirrul Asrar :
“Syeikh Abdul Qadir Al Jilani berkata : Sahabat r.a. adalah ahli jazbah(ahli tarikan bathin) kerana kekuatannya menemani nabi s.a.w. Tarikan bathin tersebut menyebar kepada syeikh-syeikh tariqat dan bercabang lagi pada salasilah yang banyak sehingga semakin melemah dan terputus pada kebanyakkan umat, yang tinggal adalah orang-orang yang meniru-niru sebagai syeikh tanpa makna kedalaman dan tersebarlah kepada ahli-ahli bid’ah”. Ini menunjukkan ‘karan’ atau jazbah fillah akan turun kepada kita melalui susur jalur salasilah tariqat.
6. Kata Syeikh Abdul Qadir Al - Jilani lagi :
“Bagaimana cara menentukan Tasawuf yang benar ? Caranya dengan dua macam : (Pertama) lahiriahnya(Kedua) Bathinnya.Lahiriahnya memegang teguh pada aturan syariat dalam perintah mahupun larangan.Bathinnya mengikuti jalur suluk dengan pandangan hati yang jelas bahawa yang di ikuti adalah nabi s.a.w. dan nabi s.a.w. merupakan perantara antara dia dengan Allah.Dan antara dia dengan nabi adalah ruh ruhani Nabi Muhammad s.a.w. yang mempunyai jismani pada tempatnya dan ruhani pada tempatnya, sebab syaitan tidak akan menjelma menjadi nabi dan itu merupakan isyarat pada orang – orang salikin agar perjalanan mereka tidak dalam keadaan buta. Pada fasal ini terdapat tanda-tanda yang sangat halus untuk membezakan mana golongan yang benar dan yang salah , yang tidak dapat di temukan kecuali oleh ahlinya”.
Maksud di atas ialah bagi menentukan tasawuf yang benar ialah zahirnya mengikut syariat dan bathinnya mengikut jalur suluk (iaini perjalanan yang berantai salasilah sehingga berakhir kepada nabi s.a.w.) supaya hingga jelas hati murid mempertemukan kepada nabi Muhammad s.a.w. dan Nabi sebagai washitah(perantara) yang menyampaikan kepada Allah iaini makrifat terhadap Allah dengan sebenarnya.Kerana jika terputus salasilah bereti terputuslah wasilah dan akibatnya akan kelirulah perjalanannya dan payahlah seseorang itu membezakan dapatan ruhaniah yang haq dengan yang bathil kerana perkara ini amat lah halus lagi sukar.Jangan di kata cahaya itu lah diri dan jangan disangka bayang itulah sebenar.Jangan dikata zuk itulah muktamad kerana syaitan masih boleh memberi kan rasa zuk dan segala pembukaan yang palsu ! Maka berlindunglah kita kepada Allah dari segala tipudaya makhlukNya.Maka tiada yang mengetahuinya melainkan ahlinya yang berjalan mereka itu mengikut akan mengikut orang yang mengikut akan nabi s.a.w. pada zahir (syariat)dan bathinnya(rabithah ruhaniah yakni tariqat yang menyampaikan haqiqat).Bak kata perpatah : Jauhari jua yang mengenal manikam.
~~~~~ o O o ~~~~~
Rumusan Justru itu hendaklah kita fahami bilamana di katakana ‘Tariqat’ maka disana ada di dalamnya beberapa perkara yang tidak terpisah ibarat ‘irama dan lagunya’ iaitu :
1. Mursyid berkait dengan 2. salasilah dan keizinan berkait dengan 3. rabithah ruhaniah(pertalian) berkait dengan 4. adab-adab berkait dengan 5. zikir dan maqam-maqamnya berkait dengan 6. muraqabah dan musyahadah terhadapNyaKesemuanya ini adalah wasilah pokok dalam Tariqat dan keenam-enam inilah di panggil ‘Tariqat’. Ke enam-enam perkara di atas juga ada yang di zahirkan dan di dokumentasikan dan ada yang di bathinkan iaini tidak di nyatakan atau tidak di dokumentasikan khusus yang berkait dengan dapatan atau penemuan ruhaniah yang menjadi adab supaya tidak dinyatakan. Namun perkara seperti salasilah dan ke izinan adalah perkara yang wajib di nyatakan supaya di ketahui akan nasab ruhaniahnya dan supaya tidak kita di anggap anak yang tiada bernasab seperti yang dinyatakan oleh Syeikh Abdul Wahab Asy Syaroni r.h dan yang lebih di takuti kita menyeleweng dari usul dan kaedah kaum sufi secara tidak kita sedari.
Tidak ada keringanan dalam perkara salasilah ini , jangan pula ada pihak yang berkata salasilah ini tak penting yang pentingnya ialah haqiqatnya atau makrifatnya. Jika ada pihak yang berkata begitu ;terus segera tinggalkan orang itu kerana orang itu telah mengajar suatu pemahaman yang tidak betul yakni menyalahi usul mengikut kaum sufi. Kerana bagaimana buah itu lahir tanpa pokok dan benihnya ? Sebab itu kata Ulama sufi : “Barangsiapa menyalahi ushul maka diharamkan dia daripada wushul(sampai kepada makrifat Allah Ta’ala dengan makrifat sebenarnya)”. Iaini barang siapa menyalahi perkara-perkara yang telah di sepakati oleh kaum sufi maka terlerai dia daripada jalan mereka.Bersama kita berlindung dengan Allah Ta’ala daripada bahaya-bahaya ini dan tipudaya makhlukNya.
~~~~~ o O o ~~~~~
petikan dari: bicara sufi
 

Bali Accommodation