Wonderer, worshipper, lover of leaving.
It doesn't matter.
Ours is not a caravan of despair.
Come, even if you have broken your vow
a thousand times
Come, yet again, come, come.
rumi
deals with anything, everything, and perhaps, nothing...
Wonderer, worshipper, lover of leaving.
It doesn't matter.
Ours is not a caravan of despair.
Come, even if you have broken your vow
a thousand times
Come, yet again, come, come.
rumi
salam.
minyak naik lagi, beb! ron 97 naik sekupang by midnite.
guess this is the way Barang Naik says thank you to the people, especially those in Tenang.
layan..
A lover asked his beloved,
Do you love yourself more
than you love me?
The beloved replied,
I have died to myself
and I live for you.
I’ve disappeared from myself
and my attributes.
I am present only for you.
I have forgotten all my learning,
but from knowing you
I have become a scholar.
I have lost all my strength,
but from your power
I am able.
If I love myself
I love you.
If I love you
I love myself.
-rumi-
Rumah Tamu
Manusia ini adalah sebuah rumah tamu.
Setiap pagi kedatangan baru.
Sebuah kegembiraan, depresi, sebuah kehinaan,
kesedaran beberapa saat datang
sebagai tetamu tak terduga.
Ucapkan selamat datang dan hibur mereka semua!
Bahkan jika mereka adalah penuh kesengsaraan,
yang dengan kasar menyapu bersih rumah anda
kosong dari perabutnya,
masih, melayan setiap tetamu dengan terhormat.
Dia mungkin membersihkan rumah anda
untuk beberapa kesenangan baru.
Fikiran hiba, rasa malu, kebencian itu.
sambutlah mereka di pintu dengan tertawa
dan mengundang mereka masuk.
Bersyukurlah untuk apa pun yang datang.
kerana masing-masing telah dihantar
sebagai petunjuk dari Dia.
Jelaluddin Rumi
….Sang algojo pun memotong kedua tangannya. Al-Hallaj tertawa dan berkata, “Memang mudah memotong tangan seorang yang terbelenggu. Akan tetapi, diperlukan seorang pahlawan untuk memotong tangan segenap sifat yang memisahkan seseorang dari Allah.” (dengan kata lain, meninggalkan alam kemajemukan dan bersatu dengan Allah memerlukan usaha keras dan luar biasa). Sang Algojo lantas memotong kedua kakinya. Al-Hallaj tersenyum dan berkata, “Aku berjalan di muka bumi dengan dua kaki ini, aku masih punya dua kaki lainnya untuk berjalan di kedua alam. Potonglah kalau kau memang bisa melakukannya! ”
Al-Hallaj kemudian mengusapkan kedua lengannya yang buntung kewajahnya sehingga wajah dan lengannya berdarah. “Mengapa engkau mengusap wajahmu dengan darah?” tanya orang-orang. Ia menjawab bahwa karena ia sudah kehilangan darah sedemikian banyak dan wajahnya menjadi pucat maka ia mengusap pipinya dengan darah agar orang jangan menyangka bahwa ia takut mati.
“Mengapa,” tanya mereka, “Engkau membasahi lenganmu dengan darah?” Ia menjawab, “Aku sedang berwudu. Sebab, dalam salat cinta. Hanya ada dua rakaat, dan wudhunya dilakukan dengan darah.”
Sang algojo kemudian mencungkil mata al-Hallaj. Orang-orang pun ribut dan berteriak. Sebagian menangis dan sebagian lainnya melontarkan sumpah serapah, lalu, telinga dan hidungnya dipotong. Sang algojo hendak memotong lidahnya. Al-Hallaj memohon waktu sebentar untuk mengatakan sesuatu, “Ya Allah, janganlah engkau usir orang-orang ini dari haribaan-Mu lantaran apa yang mereka lakukan karena Engkau. Segala puji bagi Allah, mereka memotong tanganku karena Engkau semata. Dan kalau mereka memenggal kepalaku, itu pun mereka melakukan karena keagungan-Mu. ” Kemudian ia mengutip sebuah ayat Al-Qur’an:
“Orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat bersegera ingin mengetahuinya, tetapi orang-orang beriman berhati-hati karena mereka tahu bahwa itu adalah benar.”
Kata-kata terakhirnya adalah: Bagi mereka yang ada dalam ekstase “Cukuplah sudah satu kekasih.”
Tubuhnya yang terpotong, yang masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan, dibiarkan berada di atas tiang gantungan sebagai pelajaran bagi yang lainnya. Esoknya, baru sang algojo memenggal kepalanya. Ketika kepalanya dipenggal al-Hallaj tersenyum dan meninggal dunia. Orang-orang berteriak tapi al-Hallaj menunjukkan betapa berbahagia ia bersama dengan kehendak Allah. Setiap bagian tubuhnya berseru, “Akulah kebenaran”, sewaktu meninggal dunia setiap tetesan darahnya yang jatuh ke tanah membentuk nama Allah…
Salam.
Apakah cinta sejati?
Ketika kau mampu melihat Dia, kemanapun wajahmu memandang, saat itulah kau akan memancarkan cinta sejati kepada alam semesta. Cintamu tidak terikat dan terfokus pada yang kau pegang. Cintamu tak tertipu oleh baju filosofi, agama, istri, dan harta benda yang kau cintai. Cintamu langsung melihat titik pusat dari segala filosofi, agama, istri, dan harta benda, dimana Dia berada di titik pusat itu. Cintamu langsung melihat Dia.
Dan hanya Dia yang mampu memandang Dia. Maka, dalam dirimu hanya ada Dia, hanya ada pancaran cahayaNya. Dirimu harus seperti bunga mawar yang merekah. Karena hanya saat mawar merekah lah akan tampak keindahan di dalamnya, dan tersebar bau wangi ke sekitarnya. Mawar yang tertutup, yang masih kuncup, ibarat cahaya yang masih tertutup oleh lapisan-lapisan jiwa. Apalagi mawar yang masih berupa batang, semakin jauh dari terpancarnya cahaya. Bukalah hatimu, mekarkan mawarmu.
Hanya jiwa yang telah berserah diri saja lah yang akan memancarkan cahayaNya. Sedangkan jiwa yang masih terlalu erat memegang segala yang dicintainya, akan menutup cahaya itu dengan berhala filosofi, agama, istri, dan harta benda. Lihat kembali, akan pengakuanmu bahwa kau telah berserah diri. Lihat baik-baik, teliti dengan seksama, apakah pengakuan itu hanya pengakuan sepihak darimu? Apakah Dia membenarkan pengakuanmu? Ketika kau kata “Allahu Akbar,” apakah kau benar-benar sudah mampu melihat keakbaran Dia dalam setiap yang kau lihat? Jika kau masih erat mencintai berhala-berhalamu, maka sesungguhnya jalanmu menuju ke-berserahdiri-an masih panjang. Jalanmu menuju keber-Islam-an masih di depan. Kau masih harus membuka kebun bunga mawar yang terkunci rapat dalam hatimu. Dan hanya Dia-lah yang memegang kunci kebun itu. Mintalah kepadaNya untuk membukanya. Lalu, masuklah ke dalam taman mawarmu. Bersihkan rumput-rumput liar di sana, gemburkan tanah, sirami batang mawar, halau jauh-jauh ulat yang memakan daunnya. Kemudian, bersabarlah, bersyukurlah, dan bertawakkallah. InsyaAllah, suatu saat, jika kau melakukan ini semua, mawar itu akan berbunga, lalu merekah menyebarkan bau harum ke penjuru istana.
Semoga Allah membimbingmu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
a teacher is...
a clerk,
a gardener,
a liaison officer,
a despatch,
a secretary,
a psychologist,
a football coach,
a mediator,
a detective,
an educator.
That’s what I am at the moment,
All of the above,
Currently,
Presently, NOW!
Tua, beb!
Layan….
“If you love somebody, let them go, for if they return, they were always yours. And if they don’t, they never were.”
~ Kahlil Gibran
“Wahai teman! tidak ada yang menghijabmu, selain dirimu. Di jalanmu tidak ada duri ataupun penghalang, selain dirimu. Kau berkata: haruskan aku mencapai Sang Kekasih atau tidak? antara dirimu dan Sang Kekasih tidak ada siapapun, kecuali dirimu”
- Sheikh Awhad al-Din Kirmani
Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi.
Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.”
Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”
Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”
“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.
“Lalu, apa yang kau takuti?”
“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”
“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yangn dibedah badanmu.”
“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.”
~ Jalaluddin Rumi